Inilah Si Cantik Dari Undana, Membanggakan NTT Di Kancah Internasional

Inilah Si Cantik Dari Undana, Membanggakan NTT Di Kancah Internasional


 Karin Sarceyani Bistolen, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana (Undana), membuktikan bahwa keterbatasan akses di daerah bukan penghalang untuk berprestasi di kancah internasional. Melalui berbagai program pertukaran dan konferensi di Singapura, Malaysia, hingga China, Karin sukses membawa nama NTT ke panggung dunia sekaligus meraih penghargaan Best Project melalui inovasi pendidikannya.

Dalam wawancara bersama RRI dalam segmen Kita Indonesia, Senin (22/12/2025), selain fokus pada akademik, Karin juga menginisiasi organisasi Justisia yang bergerak di bidang keadilan, advokasi hukum, dan isu gender. Perjalanan Karin dimulai dari sebuah mimpi sederhana yang ia tuliskan dalam buku harian (jurnaling) dua tahun lalu, di mana ia bertekad menginjakkan kaki di luar negeri melalui jalur prestasi.

Ambisi tersebut kini telah membuahkan hasil nyata, mulai dari program Global Youth Innovation Summit di Singapura hingga diskusi mendalam dengan Kedutaan Besar RI di Beijing mengenai isu hukum dan gender.

“Aku ingin ke luar negeri bukan sekadar jalan-jalan, tapi belajar lewat pendidikan dan prestasi, dan ternyata mimpi itu satu per satu terwujud,” ungkapnya.

Advertisement

Salah satu pencapaian gemilang Karin adalah menyabet gelar Juara 1 Best Project pada program Youth Leaders Exchange di China melalui rancangan komunitas pendidikan bagi anak-anak di daerah terpencil. Project ini tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pembekalan skill praktis (vokasi) yang bekerja sama dengan sektor UMKM lokal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sejak dini.

"Inovasi kami mendapatkan apresiasi tinggi dari juri internasional karena kami memikirkan dampak dan keberlanjutan program hingga ke detail terkecil, termasuk bagaimana anak-anak di pelosok bisa memiliki akses pendidikan yang setara dengan mereka di kota besar," jelas mahasiswi yang juga aktif sebagai voluntir pengajar di Kolhua ini.

Dalam ajang internasional tersebut, Karin bersama tim mengusung proyek inovasi pendidikan berbasis komunitas untuk wilayah pedesaan. Menurut Karin, keterlibatannya di forum global justru mengubah pola pikirnya menjadi lebih terbuka dan reflektif.

Advertisement

Sekembalinya ke tanah air, Karin tidak berhenti pada prestasi seremonial saja, ia bersama rekannya menginisiasi pembentukan komunitas bernama Justicia (Justice, Advocacy, and Society). Organisasi ini fokus pada perlindungan hukum, literasi hukum masyarakat, serta advokasi terkait isu-isu sensitif seperti kekerasan seksual dan keadilan gender di lingkungan kampus maupun masyarakat luas.

“Lewat Justicia, kami ingin membekali mahasiswa dengan kemampuan paralegal sederhana agar bisa mendampingi korban kekerasan seksual atau kejahatan ringan; kami ingin menciptakan kontribusi nyata yang dimulai dari rumah sendiri," tegasnya mengenai visi organisasi tersebut.

Keterlibatan aktif dalam berbagai konferensi internasional telah mengubah total pola pikir Karin dari seorang yang pemalu menjadi sosok yang berani mengambil risiko. Bagi Karin, kontribusi pemuda dalam pendidikan dan advokasi sosial adalah bagian dari aksi bela negara masa kini. (AK)